JENIS FONETIK
Menurut segi bunyi bahasa yang diselidiki, Fonetik dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Fonetik Organis ( fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologis) ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat- alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Gleason, 1955:239-256; Malmberg, 1963: 21-28; Mol,1970:15-18). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahsa diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya.
2. Fonetik Akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis ( Malmberg, 1963:5-20). Bunyi- bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitude, intensitas , dan timbrenya.
3. Fonetik Auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara ( Bronstein & Beatrice F. Jacoby, 1967: 70-72).
TERJADINYA BUNYI
Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru- paru dan dihembuskan keluar bersama- sama waktu sedang bernafas. Udara yang dihembuskan itu kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi- bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya: batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung, atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Pada waktu udara mengalirkeluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernafas ( cf. Pike, 1947:3-4; Lapoliwa, 1981:5).
Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu : proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses oro- nasal ( Ladefoged, 1973: 2-3).
Alat alat bicara
Bunyi bahasa terjadi jika udara mengalami hambatan pada alat-alat bicara. Bagian-bagian tubuh yang ikut menentukan baik langsung maupun tidak langsung dalam hal terjadinya bunyi bahasa itu ialah alat-alat bicara sperti dibawah ini:
1. Paru-paru (lungs)
2. Batang tenggorokan (trachea)
3. Pangkal tenggorokan (larynx)
4. Pita-pita suara (vocal cord)
5. Krokoid (cricoids)
6. Tiroid (thyiorid) atau lekum
7. Aritenoid (arythenoids)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of parynx)
9. Epiglottis
10. Akar lidah (root of the tongue)
11. Punggung lidah,lidah belakang,pangkal lidah (hump,back of taongue,dorsum)
12. Tengah lidah (middle of tongue,medium)
13. Daun lidah (blade of the tongue,lamina)
14. Ujung lidah (tip of the tongue,apex)
15. Anak tekak( uvula)
16. Langit-langit lunak (soft palate,velum)
17. Langit-langit kasar (hard palate,palatum)
18. Gusi dalam,gusi belakang,ceruk gigi,lengkung kaki gigi (alveola,alveolum)
19. Gigi atas (upper teeth,denta)
20. Gigi bawah (lower teeth,denta)
21. Bibir atas (upper lip,labia)
22. Bibir bawah (lower lip,labia)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nose cavity)
FUNGSI DAN CARA KERJA ALAT BICARA
1. paru-paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Bernafas pada dasarnya ialah mengalirkan udara ke dalam paru-paru,proses ini disebut menarik nafas,dan mengeluarkan udara yang telah kotor keluar,proses ini disebut menghembuskan nafas.
Selama manusia masih hidup,proses mengembang dan mengempisnya paru-paru yang dikerjakan oleh otot-otot paru-paru,otot perut,dan rongga dada berjalan terus secara teratur.
Arus udara yang dari paru-paru inilah yang menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi.
2. pangkal tenggorokan
Pangkal tenggorokan atau laaring adalah rongga pada ujung pipa pernafasan. Rongga ini terdiri dari empat komponen,yaitu:tulang rawan krikoid,dua tulang rawan aritenoid,sepasang pita suara,dan tulang rawan tiroid.
Dengan peristiwa membuka dan menutupnya pita suara,maka terbentuklah suatu celah atau ruang diantara sepasang pita suara yang disebut glottis. Glottis dalam keadaan terbuka lebar terjadi ketika bernafas secra normal. Glottis dalam keadaan terbuka dalam menghasikan bunyi tak bersuara,sdang dalam keadaan trtutup,sehingga memungkinkan arus udara yang mengalir menggetarkan pita suara,pada waktu menghasilkan bunyi suara. Keadaan tertutup rapat,yaitu dalam menghasilkan bunyi hamzah.
3. rongga kerongkongan
Rongga kerongkongan atau ffaring ialah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorokan dengan rongga mullut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah sebagai saluran makanan dan minuman. Dalam pembentukan bunyi bahasa peranannya terutama hanyalah sebagai tabung udara yang ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan faring disebut faringal.
4. langit-langit lunak (soft palate,velum)
Langit-langit lunak besrta bagian ujungnya yang disebut anak tekak dapat diturun naik sedemikian rupa. Dalam keadaan bernafas normal maka langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menurun,sehinga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh langit-langit lunak ini disebut bunyi velar. Dalam pembentukan bunyi ia sebagai amikulatorpasif,sedankan articulator aktifnya ialah pangkal lidah.
5. langit-langit keras
Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan mulai langit-langit melengkung cekung keatas dan bagian belakang berkhir dengan bagian yang teerasa lunak bila diraba. Langit-langit keras ini sebagai articulator pasif,sedangkan articulator aktifnya adalah ujung lidah atau tengah lidah. Bunyi yang dihasilkan langit-langit keras disebut palatal,bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah disebut apical,dan bunyi yang dihasilkan dengan hmbatan tengah lidah disebut medial. Gabungan yang pertama menjadi apiko palatal,sedangkan gabungan yang kedua menjadi medio palatal.
6. gusi dalam
Gusi dalam adalah bagian gusi tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang,terletak tepat diatas serta dibelaknag gigi yang melengkung ke dalam menghadap lidah. Gusi ini sebagai articulator pasif,sedangkan articulator aktifnya adalah ujung lidah. Bunyi yang dihasikan oleh gusi disebut alveolar. Sehingga bunyi yang dihasilkan dengan hambatan uhjung lidah, derngan gusi disebut bunyi apikoalveolar. Selain itu, dapat juga gusi bekerjasama dengan daun lidah sebagai articulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah disebut laminal. Gabungan dari keduanya menjadi bunyi laminoalveolar
7. gigi (teeth, denta)
Gigi terbagi menjadi dua, yaitu gigi atas dan bawah. Gigi bawah dapat digerakan kebawah dan keatas, namun dalam pembentukan bunyi bahasa, tidak banyak berperan dan hanya bersifat membantu saja. Yang berfungsi penuh sebagai altikulator atau dasar artikulasi adaalah gigi atas, bekerja sama dengan gigi bawah atau ujung lidah, bunyi yang dihasilkan oleh gigi disebut dental, bunyi yang dihasilkan oleh bibir disebuit labial. Gabungan dari keduanya disebut labio-dental dan apiko-dental.
8. bibir (lips, labia)
Bibir diibbagi menjadi dua, bibir bawah dan bibir atas. Fungsi pokok dari keduaa bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut. Bibir atas sebagai articulator pasif bekerjasama dengan bibir bawah sebagai articulator aktif, hasilnya ialah bunyi labio-dental.
9. lidah
Fungsi pokok lidah adalah sebagai, alat perasa dan untuk memindahkan makanan yang akan atau sedang dikunyah. Sebagai articulator aktif, lidah mempunyai peranan yang sangat penting. Lidah dapat dibagi mmenjadi lima bagian, yaitu akar lidah (root), pangkal lidah (dorsum), tengah lidah (medium), daun lidah (lamina), dan ujung lidah (apex)
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
Bunyi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Vokal, Konsonan , dan Semi- vocal
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vocal, konsonan, dan semi vocal ( cf. Jones, 1958:12). Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan ( proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi.
Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, maka akan terbentuk konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai dengan bergetarnya pita suara, maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi vocal ialah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi- bunyi itu disebut semi- vocal atau semi- konsonan.
2. Nasal dan Oral
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal ( sengau) dan oral. Jika udara keluar atau keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit- langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal atau sengau. Jika langit- langit lunak beserta ujung anak tekak menaiki menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka disebut dengan bunyi oral.
3. Keras ( Fortes) dan Lunak ( Lenes)
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras atau fortis (fortes) dan lunak atau lenis ( lenes). Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.
4. Bunyi Panjang dan Pendek
Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek ( cf. Jones, 1958:136). Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasikan. Vokal dapat dibagi atas vocal panjang dan pendek.
5. Bunyi Rangkap dan Tunggal
Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan bunyi tunggal saja. Bunyi rangkap vocal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vocal disebut disebut monoftong. Ciri diftong ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vocal yang satu dengan yang lain saling berbeda ( Jones, 1958 :22). Diftong naik dalam bahasa Indonesia ialah : [oi,aI], dan[aU]. Dalam bahasa Banjar Hulu ialah : [ai,aU], dan [ui] ( Durasid dkk., 1978:8). Dalam bahasa Madura ialah : [ ai, oi], dan [ ui] (cf. Zainudin dkk., 1978:16).
6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring ( lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar oleh telinga ( cf. Malmberg, 1963: 66).Jadi, pembedaan bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek auditoris. Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.
Diantara vocal- vocal maka vocal yang paling tinggi justru derajat kenyaringannya paling rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan dengan vocal yang lain.
Dibandingkan dengan vocal , bunyi- bunyi konsonan karena terbentuknya disertai dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagai ruang resonansinya, maka derajat kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedang yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Dalam kata, bunyi yang merupakan puncak kenyaringan adalah bunyi yang derajat kenyaringannya tinggi, bunyi- bunyi yang demikian disebut silabis.
7. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus Ingresif
Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat dibedakan atas egresif dan ingresif ( Ladefoged, 1973:23). Arus udara egresif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu egresif pulmonik dan egresif glotalik. Begitu juga arus udara ingresif dapat dibagi menjadi dua, yaitu ingresif glotali dan ingresif velarik.
a) Egresif Pulmonik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru- paru sebagai sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara mengecilkan ruangan paru- paru oleh otot perut, dan rongga dada.
b) Egresif Glotalik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif ( keluar) dengan mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita- pita suara sehingga glottis dalam keadaan tertutup rapat sekali. Bunyi yang dihasilkan dengan proses egresif glotalik ini disebut bunyi ejektif.
c) Ingresif Glotalik
Ialah bunyyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme glotalik. Bunyi ingresif mekanisme glotalik ini prosesnya sama dengan egresif glotalik. Jadi merapatkan pita- pita suara sehingga glottis tertutup rapat sekali. Bunyi- bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses ingresif glotalik ini disebut bunyi implosif.
d) Ingresif Velarik
Ialah bunyi yang terbentuk dengan arus udara ingresif ( masuk) dengan mekanisme velarik. Mekanisme udara velarik terjadi dengan menaikkan pangkal lidah ditempelkan pada langit- langit lunak. Bersama- sama dengan itu kedua bibir ditutup rapat atau yang lebih umum ialah ujung dan kedua sisi lidah dirapatkan pada gigi atas. Kemudian ujung lidah dan kedua sisi lidah merapat pada gigi lalu dilepaskan turun serta dikebelakangkan, bibir dibuka, sehingga ada kerenggangan ruangan udarapada rongga mulut.
Klasifikasi Vokal
Vokal Kardinal : bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi. Rangka gambar itu dapat dipakai sebagai acuan perbandingan dalam diskripsi vokal semestaan bahasa di dunia( Daniel Jones, 1958 : 18). Vokal kardinal itu dalam abjad fonetik internasional diberi lambang [I,e,e’,a,a’,o,o’,u] dan diberi nomor urut 1-8. Parameter penentuan vokal kardinal itu ditentukan oleh keadaan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur dan bentuk bibir. Keadaan lidah dalam mengucapkan vokal kardinal [I,a’,a,u] telah ditentukan dengan menggunakan pemotretan sinar X, sehingga dapat diketahui titik tertinggi letak ketinggian lidah yang melengkung.
Adapun cara pengucapanya adalah sebagai berikut :
Vokal [i] : diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin.
Vokal [a] : diucapkan dengan merendahkan lidah depan serendah mungkin.
Vokal [a’] : diucapkan dengan merendahkan pangkal lidah serendah mungkin.
Vokal [u] : diucapkan dengan menaikan pangkal lidah setinggi mungkin.
Vokal [e] dan [e’] : diucapkan dengan lidah depan terletak diantara [i] dan [a].
Vokal [o] dan [o’] : diucapkan dengan posisi pangkal lidah diantara [u] dan [o].
Kedelapan vokal kardinal itu dapat dilihat dalam bagan yang berbentuk trapesium. Vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Keterangan :
1. Tinggi rendahnya lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan menjadi :
• Vokal tinggi, misalnya : [I,u]
• Vokal madya, misalnya : [e,e’,o,o’]
• Vokal rendah, misalnya : [a,a’]
2. Bagian lidah yang bergerak
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak vokal dapat dibedakan menjadi :
• Vokal depan : vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan misalnya [I,e,e’,a]
• Vokal tengah : vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah.
• Vokal belakang : vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang misalnya [u,o,o’,a]
3. Struktur
Adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif. Karena vokal tidak ada artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya vokal dapat dibedakan atas :
• Vokal tertutup (close vowels) : vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal.
• Vokal semi tertutup (half close) : vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dengan ketinggian sepertiga dibawah tertutup atau dua pertiga diatas vocal yang paling rendah.
• Vokal semi terbuka (half open) : vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga diatas vokal yang paling rendah atau dua pertiga dibawah vokal tertutup
• Vokal terbuka (open vowels) : vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin.
4. Bentuk bibir
Berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan, maka vokal dibedakan atas :
• Vokal bulat (rounded vowels) : vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat, bisa terbuka atau tertutup. Misalnya vocal [o,u]
• Vokal netral (neutral vowels) : vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral tidak bulat, tetapi juga tidak terbentang lebar. Misalnya vokal [a’]
• Vokal tak bulat (unrounded vowels) : vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Misalnya vokal [I,e,a,e’]
DIFTONG
Ciri diftong adalah waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda.
1. Diftong Naik (Rising Diftong) (ai,au,oi)
Diftong naik (rising diphtongs) adalah jika vocal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebig tinggi daripada yang pertama. Diftong ini juga dapat disebut diftong menutup (closing diphtongs). Berikut diurakan diftong naik dalam bahasa Indonesia, Semende, Banjar Hulu, Madura, Jawa, dan Bahasa Inggris.
a. Diftong naik bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia mempunyai 3 jenis diftong naik (cf.Soebardi,1973:8-9),yaitu:
1). Diftong naik menutup-maju (aI), contohnya: pakai, lalai, pandai, nilai, tupai, sampai.
2). Diftong naik sampai menutup maju ( oi ). Contohnya: amboi, sepoi-sepoi.
3). Diftong naik menutup-mundur ( au ). Contohnya : Saudara, saudagar, lampau, surau, pulau, kacau.
Diftong Naik Bahasa Indonesia
(i) . (U)
(I)
(O)
b). Diftong naik bahasa Semende
Bahasa Semende mempunyai 4 jenis diftong naik (cf. Saleh dkk. 1979:25-26), Yaitu:
1. Diftong naik menutup-maju (ai), contohnya: bai hewan bibit betina , empai “baru”, petai “patai”.
2. Diftong naik menutup-maju (oi), contohnya : baloi ‘ seri’, apoi ‘sejenis penyakit, keloi’tali rami’.
3. Diftong naik menutup-mundur (au), contohnya: pantau ‘panggil’, limau ‘jeruk’, parau’serak’.
4. Diftong naik menutup-maju (oU), contohnya : sembou’sembur’, kapou’kapur’.
(i) . (U)
(I)
(O)
( a)
c). Diftong naik Bahasa Banjar Hulu
Bahasa banjar hulu adalah bahasa ibu bagi penduduk propinsi Kalimantan Selatan bagian utara.
Ada 3 jenis diftong naik dalam bahasa Banjar Hulu:
1. Diftong naik-menutup-maju (ai), contohnya : mamai ‘omei’, pakai ‘pakai’, kunai ‘nanti’, balanai ‘belanga’.
2. Diftong naik-menutup-maju (ui), contohnya : kuitan ‘orang tua’, bangkui ‘ orang hutan’, pului ‘terbuka’, ruput ‘ remuk’.
3. Diftong naik-menutup-mundur (aU), contohnya: sauda ‘ tidak’, mamu ‘hilang’, pakau’ ikat’, pulau ‘pulau’, badau ‘luka besar’.
(i) . . (U)
(I)
(O)
( a)
d). Diftong naik Bahasa Madura
ada 3 jenis diftong dalam bahasa madura, yaitu :
1. Diftong naik menutup-maju (ai), contohnya: songai ‘sungai’, anggai ‘orong-orong, barakai ‘biawak’.
2. Diftong naik-menutup-maju (oi), contohnya: soroi’sisir’, aloi ‘basi’(makanan).
3. Diftong naik-menutup-maju (ui), contohnya: kerbui ‘kerbau’, anggui ‘pakai, galui ‘ aduk’.
(i) . (U)
(I)
(O)
Dalam bahasa Madura hanya mempunyai diftong naik, sedangkan diftong turun tidak terdapat dalam bahasa ini.
e). Diftong naik bahasa Jawa
terdapat satu jenis diftong naik pada kata-kata afektif atau kata-kata yang bernilai kadar rasa dalam bahasa jawa (cf. Sudaryanto dkk., 1982:25 dan 28), yaitu diftong naik-menutup-maju[ui], contonya : uijo, ‘sangat hijau’, uireng ‘sangat hitam’, cuilik, ‘sangat kecil’.
(i) . (U)
Selain diftong naik, dalam bahasa Jawa terdapat juga diftong turun.
f. Diftong naik bahasa Inggris
Bahasa Inggris mempunyai lima jenis diftong naik (cf. Jones,1958:52-62;Ramelan, 1982:78-85), yaitu:
1). Diftong naik-menutup-maju [ai], contohnya: time [taim], like [laik], rice [rais].
2). Diftong naik-menutup-munutup [eI], contohnya: day [del], late [leIt], base [beIs].
3). Diftong naik-menutup-mundur [aU], contohnya: boy [boi], coy [koi].
4). Diftong naik-manutup-mundur [aU], contohnya: how [haU], now [naU], sow [saU].
5). Diftong naik-menutup-maju [oU], contohnya: go [gou], tone [toun], code [koud].
Selain diftong naik, dalam bahasa ingggris terdapat juga diftong turun.
Diftong Turun (Falling Diphtongs)
Diftong turun (falling diptongs) adalah jika justru posisi lidah yang kedua diucapakan lebih rendah dari pada yang pertama. Diuraikan diftong turun dalam bahasa Semende, jawa, dan bahasa Inggris.
a. Diftong bahasa Semende
Dalam bahasa Semende terdapat juga diftong turun-membuka-mundur [IU], contohnya; iu ‘ah’, empiu-empiu ‘puput batang padi’, endui ‘kata seru untuk menakut-nakuti’.
b. Diftong turun bahasa jawa
Dalam bahasa jawa terdapat empat jenis diftong turun, yaitu:
1). Diftong turun-membuka-maju [ua], contohnya: muarem ‘ sangat puas’, uadoh ‘ sagat jauh’, uanteng ‘ sangat tenang’.
2). Diftong turun-membuka- maju [uo], contohnya: uelek ‘sangat jelek’, uenteng’ sangat ringan’, ngueyel ‘ sagat tetap mempertahanka pendiriannya’.
3). Diftong turun-membuka- mundur [uo], contohnya: luara ‘ sangat sakit’, duawa ‘sangat panjang’.
4). Diftong turun-membuka- memusat [u ], contohnya: uempuk ‘sangat lunak’, guedhe ‘sangat besar’.
c. Diftong turun bahasa inggris
Ada dua jenis diftong turun yaitu diftong turun-membuka-memusat [i ], contohnya ear [i ]: dan diftong turun-membuka-memusat [u ], contohnya: poor [phu ].
3.Diftong Memusat (Centering Diptongs)
Klasifikasi Konsonan
1. Konsonan Hambat letup ( Stops,Plosives)
Konsonan hambat letup adalah konsonan yang terjadi dengan penuh arus udara kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba.Menurut tempat hambatannya (artikurkalasinya)konsonan ini dibagi menjadi:
i) Konsonan Hambat letup bilabial (bibir)
Konsonan Hambat letup bilabial terjadi bila penghamba arikulator aktifnya adalah bibir bawah dan articulator pasifnya adalah bibir atas,seperi bunyi [p , b].
Contoh:
Bahasa Jawa : pipa’pipa’ upa’butir nasi’ tetep ‘tetap’
ii) Konsonan Hambat letup apiko-dental
Konsonan hambat letup apiko dental terjadi pabila penghambat artikulatornya pasifnya ialah gigi atas.bunyi yang dihasilkan ialah [t, d].
Contoh:
Bahasa Jawa : tawa ‘tawar’ rata’rata’ papat ‘empat’
Dawa ‘panjang’ rada’agak’
iii) Konsonan Hambat letup apiko-alveolar
Konsonan Hambat letup apiko-alveolar terjadi apabila penghambat arikulator aktifnya adalah ujun lidah dan articulator pasifnya adalah Gusi.Bunyi yang terjadi adalah [t,d].
Contoh ;
Bahasa inggris : town, writing,heart
iv) Konsonan Hambat letup apiko palatal
Konsonan Hambat letup apiko palatal terjadi bila arikulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah lengit-langit keras.Bunyi yang terjadi ialah [ţ ,d]
Contoh :
Bahasa Jawa : thukul ‘tumbuh’ cedhak ‘dekat’
v) Konsonan Hambat letup medio-palatal
Konsonan Hambat letup medio-palatal terjadi bila articulator aktifnya adalah tengah lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit keras.Bunyi yang di hasilkan adalh [c, j]
Contoh :
Bahasa Jawa : cara’cara’ jala ‘jaring’
vi) Konsonan Hambat letup dorso –velar
Konsonan Hambat letup dorso –velar terjadi apabila articulator pasifnya lanit-langit lunak.Bunyi yang dihasilkan [k, g]
Contoh :
Bahasa Jawa: kula ‘saya’ saka ‘dari’
Gula’gula’ jaga ‘jaga’
vii) Konsonan Hamzah (Glotal plosive,lotal stop)
Konsonan Hamzah terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh panjannya pita suara , langit –langit lunak beserta anak tekaknyadikeataskan,sehingga arus udara terhambat untuk beberapa saat. Dengan merapatnya sepasang pita suara maka glottis dalam keadaan tertutup rapa.Secara tiba-tiba kedua selaput pita suara itu dipisahkan,terjadilah letupan udara keluar ,dan terdengar [?].
Contoh:
bahasa Jawa : sa’at [sa?at] ‘saat’ usuk[usu?]
2. Konsonan Nasal (Nasals)
Konsonan nasal (senau) ialah konsonan yan dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melaui rongga hidun,jadi strukurnya rapat.Bersama dengan itu langi-langit lunak besera anak tekaknya diturunkan , sehingga udara keluar melalui ronga hidung.Menurut tempa hambatannya (artikulasinya ) konsonan ini dibedakan menjadi :
i) Konsonan nasal bilabial
Konsonan nasal bilabial terjadi bila penghambat articulator aktifnya ialah bibir bawah dan articulator pasifnya ialah bibir atas.Nasal yang terjadi adalah [m]. Contoh :
Bahasa Jawa : mateng ‘masak’ sami ‘sama’ ulam ‘ikan’
ii) Konsonan Nasal apiko-alveolar
Konsonan Nasal apiko-alveolar terjadi bila penghambat articulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gusi.Nasal yang terjadi ialah [n].
Contoh :
Bahasa Jawa : nangka ‘nangka’ guna ‘guna’ pisan ‘satu kali’
iii) Konsonan Nasal medio-palatal
Konsonan Nasal medio-palatal terjadi bila penghambat articulator aktifnya adalah tengah lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit keras.Nasal yang terjadi ialah [ň].
Contoh : nyata ‘nyata’ lunyu ‘licin’
iv) Konsonan Nasal dorso –velar
Konsonan Nasal dorso –velar terjadi bila penghambat articulator aktifnya adalah pangkah lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit lunak.Nasal yang terjadi ialah [ŋ].
Contoh :
Bahasa Jawa : ngono ‘begitu’ sungu ‘tanduk’ lawang ‘pintu’
3. Konsonan Paduan (Affricates)
Konsonan Paduan adalah konsonan hambat jenis khusus.Proses terjadinya dengan menghambat penuh arus udara dari paru-paru, kemudian hambatan itu dilepaskan secara bergeser pelan-pelan.Jadi strukturnya rapat kemudian dilepaskan secara perlahan.
Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dan bagian belakang (langit-langit keras bagian depan atau prepatal). Bunyi yang erjadi adalah paduan apiko – prepatal [t∫, dζ ]
Contoh
Bahasa inggris : awal tengah akhir
Chin ridges ridge
4. Konsonan Sampingan (Laterals)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah ronga mulut sehingga udara keluar dari melalui kedua samping atau sebuah samping saja.Jadi surkurnya rengang lebar.
Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi.Bunyi yang dihasilkan disebut sampingan apiko-alveolar.bunyi itu ialah [ l ].
Contoh :
Bahasa jawa : Awal tengah Akhir
Lali ‘lupa’ bali ‘pulang’ sambel ‘sambal’
5. Konsonan Geseran atau Frikatif (Fricative,Frictions)
Konsonan eseran atau frikatif ialah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalanya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru,sehingga jalanya udara terhalang dan keluar dengan bergeser.Jadi strukturnya idak rapat seperti pada konsonan letup tetapi renggang. Menurut tempat hambatannya (artikulasinya ) konsonan ini dibedakan menjadi :
ii) Konsonan geseran labio-dental
Konsonan geseran labio-dental terjadi apabila articulator aktifnya adalah bibir bawah dan articulator pasifnya adalah gigi atas.Bunyi yang di hasilkan adalah [f, v].
Contoh:
Bahasa Jawa/Indonesia : foto veteran saraf
iii) Konsonan geseran apiko-dental
Konsonan geseran apiko-dental terjadi apabila articulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gigi atas.Bunyi yang di hasilkan adalah [Ө,ð].
Contoh:
Bahasa inggris: thank nothing both
iv) Konsonan geseran apiko-palatal
Konsonan geseran apiko-palatal terjadi apabila articulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit keras.Bunyi yang di hasilkan adalah [ŗ].
Contoh:
Bahasa inggris: Run very arround
v) Konsonan geseran lamino-alveolar
Konsonan geseran lamino-alveolar terjadi apabila articulator aktifnya adalah daun lidah ujung lidah sedangkan articulator pasifnya adalah gusi.Bunyi yang di hasilkan adalah [s,z].
Contoh:
Bahasa Jawa : sangu’bekal’ alas ‘hutan’ ijazah
vi) Konsonan geseran apiko prepalatal
Konsonan geseran apiko prepalatal terjadi apabila articulator aktifnya adalah ujung lidah dan articulator pasifnya adalah gusi.Bunyi yang di hasilkan adalah [∫, ].
Contoh:
Bahasa Inggris: Shop Nation wash
vii) Konsonan geseran dorso-velar
Konsonan geseran dorso-velar terjadi apabila articulator aktifnya adalah pangkal lidah dan articulator pasifnya adalah langit-langit lunak.Bunyi yang di hasilkan adalah [X].
Contoh:
Bahasa Jawa : Ikhtiar Syekh
viii) Konsonan geseran laringal
Konsonan geseran laringal terjadi apabila articulatornya adalah sepasang pita suara.Udara yang melalui paru-paru pada waktu melewati glottis digeserkan. Glotis yang terbuka kemudian menghasilkan bunyi [h].
Contoh:
Bahasa Jawa : hawa tuhu’setia’ sayah ‘lelah’
6. Konsonan Getar (Trills,Vibrants)
Konsonan getar atau geletar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalannya arus udara yang dihembuskan dari dari paru-paru secara-berulang-ulang dan cepat.Jadi strukturnya rapat renggang. Menurut tempat hambatannya (artikulasinya ) konsonan ini dibedakan menjadi :
ii) Konsonan getar apiko alveolar
Konsonan getar apiko alveolar terjadi bila artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar itu ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi.Bunyi yang dihasilkan adalah [r],
Contoh :
Bahasa Jawa : rada ‘agak’ para’para’ pasar ‘pasar’
iii) Konsonan getar uvular
Konsonan getar uvular terjadi adalah artikulatornya aktif yang menyebabkan bergetarnya udara itu ialah pangkal lidah (lidah belakang) dan artikulator pasifnya ialah anak tekak.Bunyi yang dihasilkan ialah [ R ]
Contoh :
Bahasa Prancis : rue [Ry] ‘jalan’ Oral [oRal]
7. Konsonan Sentuhan (tap)
Konsonan sentuhan ialah konsonan yang pembentukannya hampir sama dengan getar tetapi proses bergetar itu hanya terjadi satu kali.Jadi strukturnya rapat renggang pendek sekali.
Tempat artikulasinya ialah ujun lidah dan gusi belakang atau langit-langit.Bunyi yang dihasilkan disebut sentuhan (tap) apiko-alveolar,dilambangkan dengan [ﻠ]
Contoh :
bahasa Tamil: [aﻠam] ‘melihat’
[aram] ‘amal’
8. Konsonan Sentuhan kuat (flap)
9. Konsonan Semi vocal
Menurut tempat hambatannya (artikulasinya ) konsonan ini dibedakan menjadi :
ii) Semi vocal bilabial dan labio-dental
Semi vocal bilabial terjadi bila articulator aktifnya adalah bibir bawah dan articulator pasifnya adalah bibir atas,bunyi yang terjadi ialah [w]bilabial.Dapat jua bibir bawah bekerja sama dengan gigi atas,yan terjadi adalah [w] labio-dental.
Contoh :
Bahasa Jawa : watu ‘batu’ awu ‘abu’
iii) Semi vocal medio-palatal
Semi vokal medio-palatal terjadi bila articulator aktifnya ialah tengah lidah dan articulator pasifnya adalah lanit-langit keras.Bunyi yan terjadi adalah [y].
Contoh :
Bahasa Jawa : yen ‘apabila’ ayu ‘cantik’
PENGARUH BUNYI, TRANSKRIPSI DAN TRANSLITERASI
Bunyi bahasa tidak bisa lepas dari yang satu terhadap yang lain. Alat ucap dalam membentuk bunyi bahasa yang satu dengan alat ucap yang membentuk bahasa yang lain saling pengaruh mempengaruhi. Baik pada kegiatan alat ucap dalam membentuk bunyi yang mendahulu maupun yang mengikutinya. Berikut diuraikan tentang pengaru-mempengaruhi bunyi dan pengaruh bunyi karena distribusi. Serta akan diuraikan tentang transkripsi dan transliterasi
1.Pengaruh-mempengaruhi bunyi
Dapat ditinjau dari dua segi :
A. Proses Asimilasi :
Adalah akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem.
Proses asimilasi menurut arahnya dibagi menjadi dua:
1. Asimilasi Progesif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Yaitu perubahan letup apiko-dental [t] menjadi letup lamini-alveolar [t], karena pengaruh progesif bunyi geseran lamino-alveolar. Contohnya pada kata “ stasiun “.
2. Asimilasi Regresif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke belakang. Yaitu perubahan nasal apiko-alveolar menjadi nasal apiko-palatal [n], karena ppengaruh regresif dan bunyi letup palatal [d]. Contohnya pada kata “ pandan “ dalam bahasa Indonesia ialah [pandan] dan dalam bahasa Jawa ialah [pandhan].
B. Artikulasi penyerta :
Adalah tempat artikulasi yang mana mempengaruhi. Bunyi [k] pada kata kucing (bahasa Indonesia/Jawa) dengan kidang (bahasa Jawa) berbeda, karena [u] vocal yang langsung mengikuti [k] merupakan vocal belakang bulat, maka [k] dalam kucing diucapkan dengan lidah lebih ke belakang dan bentuk bibir bulat agak dimoncongkan. Sementara [k] kidang, karena [i], vocal yang mengiktuinya merupakan vocal depan tak bulat, maka [k] diucapkan dengan lidah ke depan dan bentuk bibir tidak bulat. Menurut artikulasinya, proses bunyi karena artikulasi penyerta dapat dibagi menjadi :
1. Labialisasi
Adalah pembulatan bibir pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [w] pada bunyi utama. Kecuali bunyi labial dapat disertai labilisasi. Contohnya bunyi [t] pada kata tujuan (bahasa Indonesia/Jawa) terdengar [tw].
2. Retrofleksi
Adalah penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utamanya. Kecuali bunyi apical dapat disetai retrofleksi. contohnya kata kerdus, [k] diretrofleksi terdengar [kr].
3. Patalisasi
Adalah pengangkatan daun lidah kearah langit-langit keras pada artikulasi primer. Kecuali bunyi palatal dapat disertai patalisasi. Contohnya bunyi [p] pada kata piara, [p] dipatalisasi terdengar [py].
4. Velarisasi
Adalah pengangkatan pangkal lidah kea rah lagit-langit lunak pada artikulasi primer. Kecuali bunyi velar dapat divelarisasi. Contonya bunyi [m] pada kata makhluk, [m] divelarisasi terdengar [mx].
5. Glotalisasi
Adalah proses penyerta hambatan pada glottis (glottis tertutup rapat) sewaktu artikulasi primer diucapkan. Kecuali bunyi glottal dapat di glotalisasi. Contohnya dalam bahasa Indonesia kata akan diucapkan [?akan]. Dalam bahasa Jawa arep diucapkan [?arәp] dan ana diucapkan [כnכ].
2. Pengaruh bunyi karena Distribusi
Berada pada awa, tengah, akhir, atau berada sebelum bunyi tertentu, juga serung menentukan perwujudan bunyi; sehingga menyebabkan prose-proses sebagai berikut :
A. Aspirasi
Adalah pengucapan bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h] (cf. Bloch & gGeorge L. Trager,1942 ; 32-33). Misal, bunyi konsonan letup bersuara [b, d, d, j, g ] dalam bahasa Jawa berdistribusi pada awal dan tengah (awal suku kata) diaspirasikan sehingga terdengar sebagai [bh, dh, dh, jh,gh ].Tapi jika konsonan letup itu (seperti [ b, d, g ]) berada pada pengunci kata, misalnya dialek Jawa (Banyumas dan Tegal), konsonan letup itu diucapkan tanpa aspirasi. Dalam bahasa Inggris konsonan letup tak bersuara [p, t, k] berdistribusi pasa awal suku kata langsung diikuti oleh vocal keras bertekanan diucapkan dengan aspirasi kuat, sehingga terdengar [ph, th, kh]. Bila konsonan letup tak bersuara itu berada pada pengunci kata atau sesudah bunyi lamino-alveolar [s] (misalnya dalam kata stop, spore, score) maka aspirat itu menghilang. Bunyi aspirat adalah bunyi yang beraspirasi.
B. Lepas atau pelepasan (release)
Adalah pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat atau diletupkan tetapi tidak dihambat atau diletupkan, dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Jadi hambatan atau letupan itu dilepaskan atau dibebaskan (Bloch & George L. Trager, 1942;32) Menuryt jenisnya, pelepasam dibagi menjadi :
1. Lepas tajam (sharp release)
Adalah lepas penuh atau pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasiinya terjadi secara tajam (cf. Bloch & George L. Trager, 1968:57) Contohnya dalam bahasa Indonesia, Angkola, Semende, Kendayan dan Jawa bila berada pada pengunci kata, maka proses letupannya dihilangkan. Bunyi lepas ditandai dengan [ - ] diatas bunyi yang di;epaskann misal, [ p-, t-, k- ].
2. Lepas nasal (nasal release)
Adalah pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal di depannya. Letupannya dilepaskan melalui keluarnya udara lewat rongga hidung, jika bunyi hambat letup itu berdistribusi sebelum bunyi nasal yang homorgan. Ditandai dengan [Nasal] di atas samping kanan bunyi yang dilepasnasalkan, misalnya [pm] ([p] lepas nasal [m]), [tn] lepas nasal [n]) (cf. Bloch & George L. Trager, 1942:33) Samsuri, 1978:121-122) Contoh :
Bahasa Indonesia : tatap muka ([pm])
tempat nenek ([tn])
Bahasa Jawa : derep maneh”menuai lagi” ([pm])
serat nanas “serat nanas” ([tn])
Bahasa Inggris : topmost ([pm])
button ([tn])
Lepas nasal ini hamper sama dengan proses asimilasi regresif.
3. Lepas sampingan (lateral release)
Pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan di depannya. Letupannya dapat dilepaskan secara sampingan bila konsonan letup berdistribusi sebelum bunyi sampingan [l]. Lepas sampingan ditandai dengan [l] diatas samping kanan dar bunyi yang dilepassampingkan, missal [tl] ([t] lepas sampingan), [dl] ([d] lepas sampingan ) (cf. Blosc & George L.Tragor, 1942:33) Contohnya :
Bahasa Indonesia : cukup luas ([pl])
cepat lupa ([tl])
Bahasa Jawa : tutup lawang “tutup pintu” ([pl])
pedhet lemu “anak lembu” ([tl])
Bahasa Inggris : oddly ([dl])
atlas ([tl])
Lepas sampingan ini hamper sama dengan proses asimilasi regresif.
C. Panduanisasi atau pengafrikatan
Bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat dan diletupkan tidak diletupkan, melainkan setelah hambatan lalu dilepaskan secara bergeser pelan-pelan. Proses yang kedua menyebabkan adanya penyempitan jalannya arus udara, sehingga udara terpaksa keluar dan bergeser. Jadi akulturasinya lalu menjadi hambat geseran bukan hambat letupan. Gabungan antara hambat dan geseran disebut paduan atau afrikat. Prosesnya disebut Panduanisasi atau pengafrikatan (cf. Bloch & George L. Trager, 1942:33 Samsuri, 1978:121) Contohya :
Bahasa Indonesia : hebat diucapkan [hebats] ([t] dipadukan)
alat diucapkan [alats] ([t] dipadukan)
Bahasa Jawa : papat “empat” diucapkan [papats] ([t] dipadukan)
mantep “mantap” diucapkan [manteps] ([p] dipadukan).
3. Trasnkripsi dan Transliterasi
A. Transkripsi
Adalah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan : lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuaidengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya (cf. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1975:25)
Menurut tujuannya,transkripsi dibagi :
1. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi, ditandai dengan [. . .]
2. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut fonem, ditandai dengan /. . ./
3. Transkripsi morfemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem, ditandai {. . .}
4. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf dan ejaan bahasa yang menjadi tujuannya.
B. Transliterasi
Adalah penggantian huruf demi hurufdari abjad yang satu ke abjad yang lain, tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersangkutan (Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1972:25). Misalnya, transliterasi huruf abjad Jawa, Jawa Kuno, Batak, Rejang, Bali, Tamil, Arab, Dewanagari, dan sebagainya dialihkan ke huruf abjad latin.
BUNYI SUPRASEGMENTAL
Adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Bunyi suprasegmental dapat diklasifikasikan menurut cirri-cirinya waktu diucapkan. Ciri-ciri Prosodo adalah ciri-ciri bunyi suprasegmental waktu diucapkan (prosodic features) (cf. Bloch & Geore L. Trager, 1942:34; Samsuri 1970:6-7) dan dapat diklasifikasikan sbb :
1. Panjang atau Kuantitas
Ini menyangkut lamanya bunyi lamanya bunyi diucapkan. Suatu bunyi segmental yang diucapkan alat-alat ucap dipertahankan cukup lama, pastilah disertai bunyi suprasegmental dengan cirri prosodi yang panjang dan sebaliknya. Tanda untuk panjang ialah [. . . : ] (tanda titik dua disebelah kanan bunyi segmental) atau [ - ] (tanda garis pendek diatas bunyi segmental). Tanda untuk panjang itu disebut mora, yang lazim dipakai dalam bahasa Jepang (cf.Samsuri, 1978:122).
2. Nada (Pitch)
Nada menyangkut tinggi-rndahnya bunyi. Suaatu bunyi segmental yang diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, pastilah dibarengi dengan bunyi suprasegmental dengan cirri prosodi nada tinggi dan demikian pula sebaliknya.
Nada yang lazim dpakai dalam bahasa-bahasa nada dapat dibedakan menjadi lima 9cf. Verhaar, 1977:49 ; Samsuri, 1978:123), yaitu :
a. Nada naik, yaitu nada yang meninggi, ditandai [ ]
b. Nada datar, ditandai dengan [ -- ]
c. Nada turun, yaitu nada yang merendah, ditandai [ ]
d. Nada turun naik, yaitu nada yang menurun kemudian meninggi, ditandai [ v ]
e. Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi kemudian merendah, ditandai [ ^ ]
Variasi nada yang menyertai bunyi segmental dalam kalimat disebut intonasi. Dala hal intonasi variasi nada biasanya dibedakan menjadi empat (cf. Samsuri, 1970:14-15; Halim, 1974; Verhaar,1977:30), sbb :
a. Nada rendah ditandai dengan angka 1
b. Nada sedang ditandai dengan angka 2
c. Nada tinggi ditandai dengan angka 3
d. Nada sangat tinggiditandai dengan angka 4
3. Tekanan (Stress)
Menyangkut keras lunak 9lemah)-nya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan ketegangan kekuatan arus udara sehingga menyebabkan amplitudonya lebar,pastilah dibarengi dengan bunyi suprasegmental dengan cirri prosodi tekanan keras. Sebaliknya, suatu bunyi segmental yang diucapkan tanpa ketegangan kekuatan arus udara sehingga amplitudonyatidak lebar atau sempit, pastilah debarengi dengan bunyi suprasegmental ciri prosodi tekanan lunak (lemah).
Demikianlah, jadi tekanan dibedakan atas tekanan keras yang ditandai dengan [!..] dan tekanan lunak (lemah) (cf.Samsuri, 1978:123).
4. Jeda atau Persendian (juncture)
Menyangkut perhentian bunyi dalam bahasa.Suatu bunyi segmental dalam suku kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana pastilah disertai dengan bunyi suprasegmental perhentian di sana-sini. Bunyi suprasegmental yang berdiri prosodi perhentian sana-sini itu disebut jeda atau persendian. Bahasa yang satu dengan yang lain, jedanya berbeda-beda; ada yang jedanya jelas, ada yang mungkin tidak jelas (Bloch 7 George L. Trager, 1942:35-36).
Menurut tempatnya jeda dapat dibedakan menjadi empat (cf. Samsuri, 1970:15-16) dan biasanya ditandai sbb :
a. Jeda antar suku kata dalam kata ditandai dengan [+]
b Jeda antar kata dalam frasa ditandai dengan [ / ]
c. Jeda frasa dalam klausa ditandai dengan [//]
d. Jeda antar kalimat dalam wacana ditandai dengan [ # ].
Resume Dasar- Dasar Filsafat
Manusia pada umumnya telah mengenal filsafat secara tidak langsung sejak manusia itu lahir, akan tetapi mereka tidak menyadarinya. Banyak simbol- simbol yang secara tidak sadar telah dikenalkan pada manusia itu dari dalam kehidupannya mulai dari kehidupannya di keluarga sampai kehidupannya di masyarakat. Simbol- simbol tersebut dikenalkan baik melalui perbuatan maupun secara lisan. Perkenalan simbol itu ada yang melalui budaya. Hal ini terjadi karena manusia tidak dapat hidup tanpa budaya. Banyak orang berpikir bahwa budaya adalah identik dengan kesenian. Pemikiran yang seperti itu kurang tepat karena budaya sendiri mencakup seluruh aspek kehidupan dari manusia. Simbol- simbol terbagi menjadi dua yaitu simbol-simbol yang terdiri dari materi yang modern dan simbol- simbol non materi. Simbol- simbol modern itu antara lain adalah :
1. Rumah mewah
2. Komputer canggih
3. Handphone canggih
Simbol diatas merupakan suatu contoh simbol yang berbentuk materi dan itu akan selelu ada yang baru dari waktu ke waktu. Simbol- simbol yang non materi antara lain adalah:
1. Gelar
2. Pangkat
3. Jabatan
Akibat terjadi perubahan dari simbol- simbol lama ke simbol- simbol baru atau modern, maka akibatnya masyarakat sekarang menjadi kacau, karena simbol- simbol lama terdapat nilai- nilai moral yang sangat luhur. Untuk memperkenalkan adanya simbol- simbol lama maka diperlukan adanya pendidikan, karena pendidikan adalah sarana untuk memperkenalkan antara simbol lama dengan simbol yang baru. Simbol- simbol Jawa yang sampai sekarang masih dipegang adalah adanya kekuasaan dan harta.
Fisafat Proses
Orang- orang barat banyak yang menganut filsafat matrealisme mekanistik. Filsafat tersebut menghasilkan kaum- kaum kapitalisme di kaum Barat yang condong ke penjajahan. Mengapa mereka menciptakan pemikiran seperti itu? Karena mereka takut bersaing dan ingin menguasai semuanya. Bukti bahwa konsep yang mereka ciptakan gagal adalah adanya perang dunia. Mereka menguasai orang yang menjadi konsumen dan dari itu mereka membentuk trust yaitu kumpulan perusahaan sejenis yang menjadi satu yang bertujuan untuk menguasai pasar.
- Tahun 1923 Hommr Dubs menerjemahkan buku filsafat dari Cina Xun Zi.
- Tahun 1929 White hett menulis buku tentang filsafat proses. Judul bukunya adalah Proses enrealistic yang berarti proses adalah relitas dan realitas adalah proses. Proses di alam semesta tidak dapat berdiri sendiri. Proses organik ialah proses yang tidak pernah berhenti. Hidup itu adalah pilihan- pilihan. Proses dalam kehidupan ditentukan oleh pilihan- pilihan. Banyak orang yang berhasil karena mereka telah memilih jalan mereka yang tepat. Sebaliknya, banyak oramg yang gagal karena mereka telah memilih jalannya sendiri yang kurang tepat.
Konsep hexagram di Cina
6. ___________________
5. ___________________
4. ___________________
3. ___________________
2. ___________________
1. ___________________
Keterangan :
1. Naga tidur dibawah tanah ( tidak berguna)
2. Naga muncul diatas sawah menemui orang besar. Naga mempunyai kemampuan sehingga ditemui orang besar ( berkemampuan).
3. Naga mendapatkan kepercayaan dan dia bekerja keras.
4. Naga mendapatkan kepercayaan lebih besar dan kedudukan naik.
5. Garis pimpinan ( pilihan Tuhan)
- Tuhan mendengar seperti rakyat mendengar
- Tuhan melihat seperti rakyat melihat
- Tunah memilih seperti rakyat memilih
Kalau terpilih harus berhati- hati dan tidak boleh terlalu lama ( jabatan tidak boleh terlalu lama dipegang oleh seseorang)
6. Kalau kekuasaan dipegang melampaui batas( melampaui jumlah tingkatan hexagram), pasti akan jatuh.
Sistematika Filsafat
1. Metafisika
a. Ontologi ( Tentang yang ada)
Contoh : Tuhan itu ada
Kaum matrealisme mengatakan Tuhan itu tidak ada.
Matrealisme→1. Matrealisme Mekanik→menghasilkan Kapitalisme Liberal
2. Matrealisme Dialiktik→menghasilkan Sosialis Komunis
b. Anthropologi ( Tentang manusia)
c. Kosmologi ( Tentang alam)
3 unsur kosmik :
1) Ketuhanan
2) Kemanusiaan
3) Alam Semesta
d. Theologi ( Tentang Ketuhanan)
e. Psikologi ( Tentang Kejiwaan )
2. Epistemologi (Filsafat ilmu pengetahuan )
Objeknya tentang dasar kebenaran pemikiran manusia.
3. Metodologi
Objeknya tentang metode- metode pemikiran atau berbagai metode berpikir.
4. Logika
Membahas kebenaran berpikir formal atau berhubungan dengan nalar atas pikiran manusia.
5. Etika
membahas tentang moralitas, tata cara berbuat dan tingkah laku manusia.
6. Estetika
Membahas ukuran keindahan dan nilainya bagi manusia.
7. Sejarah Filsafat ( Sejarah Pemikiran)
Membahas perkembangan pemikiran manusia dari zaman ke zaman dan hubungannya dengan perubahan dalam masyarakat dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar