Analisis Struktural
Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur- unsur pembangunnya yang saling berjalinan (Rachmat Djoko Pradopo dkk, 1985:6). Oleh karena itu, untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat pengarang, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca. Jadi yang terpenting hanya close reading, pembacaan secara mikroskopi dari karya sebagai ciptaan bahasa (Teeuw, 1984:13)
1. Tema
Tema merupakan gagasan yang mendasari karya sastra. Tema kadang-kadang didukung oleh pelukisan latar, tersirat di dalam, atau dalam penokohan. Tema sebuah karya sastra adalah pokok masalah yang hendak dibahas oleh pengarang.
2. Alur
Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Terdapat beberapa tahapan dalam alur. Menurut Mochtar Lubis secara sederhana dan kronologis, alur dalam sebuah cerita terdiri dari lima bagian, yaitu : Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan), Generation circumstances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak), Rising action (keadaan mulai bergerak), Climax (peistiwa-peristiwa mencapai klimaks), Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa).
3. Penokohan
Penokohan merupakan suatu proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam cerita. Kehadiran tokoh yang berkepribadian dalam karya sangat penting, karena tokoh-tokoh ini merupakan sarana bagi pengarang untuk menjalin peristiwa yang disajikan serta mengarahkan jalannya suatu peristiwa. Tokoh dapat juga berfungsi sebagai pembentuk alur cerita selain itu, tokoh dapat pula digunakan sebagai sarana menyampaikan ide pengarang. Dalam cerita, kadang-kadang seorang tokoh menggugah simpati, kadang pula menimbulkan antipati bagi pembaca.
Sifat dan karakteristik tokoh dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensional, yaitu :
a. Dimensi fisiologis, yaitu ciri-ciri lahir. Misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan ciri-ciri badani lainya.
b. Dimensi sosiologis, yaitu ciri-ciri kehidupan masyarakat, tingkat pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama kepercayaan, ideologi, aktivitas sosial, hobi, bangsa, suku, keturunan.
c. Dimensi psikologi, yaitu latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral (membedakan antara yang baik dengan yang tidak baik, antara yang salah dan yang benar, antara yang indah dan tidak indah), temperamen, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan perilaku (Sudiro Satoto, 1996 : 44-45).
4. Latar
Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu berlangsungnya tindakan. Jadi, peristiwa-peristiwa itu terjadi dalam latar tempat dan latar waktu.
a. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah "kapan" terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.
c. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang dibicarakan dalam karya fiksi. la dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan Iain-lain yang tergolong latar spiritual.
1. Amanat
Amanat berarti pesan. Pesan yang disampaikan pengarang mungkin jelas, tersurat (ekplisit) tetapi mungkin juga tidak jelas, samar-samar tersirat. Tidak jarang pengarang menyampaikannya secara simbolik dan teknih-teknik lain yang sulit diketahui pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar